Cesc Fabregas: Cinta yang Tak Pernah Kembali


Oleh: Jonathan Simatupang

Semua orang ingin merasakan yang namanya mencintai dan dicintai, namun terkadang kita hanya merasakan sebagiannya. Ada yang ingin dicintai tapi tidak ingin mencintai orang yang tersebut dan ada juga yang mencintai tetapi tidak berbalas. Semuanya terjadi di dalam kehidupan ini.

Dalam kehidupan yang fana ini serta dalam percintaan, terkadang kita merasakan yang namanya rasa sakit hati saat orang yang begitu cintai pergi begitu saja — meski dia berjanji akan kembali lagi kepada kita suatu saat nanti.

Entah kapan dan banyak kata manis yang ia ucapkan membuat kita terbuai dengan kata manis-manisnya yang begitu indah bagaikan orasi-orasi dari para politikus yang penuh dengan retorika semata.

Kehilangan orang yang kita cintai menyisakan kepedihan di dalam hati, bak luka yang digores dengan pisau yang tumpul namun sangat sakit terasa. Ucapannya ketika ingin pergi terasa manis yang membuat kita tak sadar terhipnotis untuk menantikan dia kembali lagi sampai mengatakan kita adalah rumah bagi dirinya, kapan pun dia dapat kembali bila saat yang tepat nanti.

Cinta itu sakit, perih, dan banyak hal. Kita ingin melihat dia bahagia, namun kita tidak ingin kehilangan dirinya dari sisi kita. Kita mengatakan kita akan baik-baik saja, nyatanya kita masih berharap dan tak bisa berpaling dari dirinya. Kita akan mengatakan juga bahwa dia adalah yang terbaik. Saat dia pergi dan sedang sedih, kita menghibur dirinya dan saat dia merasa sendirian dan terbuang, kita akan mengatakan kepadanya marilah kembali ke rumah!

Rasa manis itu kini berubah menjadi tawar bahkan menjadi kecewa.

Iya, anak hilang itu sudah kembali ke rumahnya di London. Bukan untuk merah dengan logo meriam di dadanya yang selalu ia cium dulu. Bukan untuk kembali kepada orangtua yang membesarkannya ketika ia terbuang di masa kecilnya. Bukan untuk kembali kepada orang yang mencintainya dan mengharapkannya kembali. Dia kembali karena cintanya yang tak sampai dan pergi ke seberang yang lebih menjanjikannya uang yang berlimpah.

Cerita ini tentang anak hilang dari Catalan. Cesc.

Namanya kalah dari bintang Barcelona saat ini, di masa kecilnya dulu ia adalah kapten dari generasinya, namun sayangnya ia harus menyingkir ke London dan dibesarkan dengan seorang profesor yang memiliki andil dalam perkembangannya. Di London dia ternyata bertemu dengan orang-orang hebat, macam Henry dan Bergkamp.

Ia ditempa. Ia tumbuh.

Hingga pada suatu hari. Ketika ia mengangkat piala untuk negaranya, teman-temannya memaksanya untuk memakai jersey dari klub masa kecilnya dan dia masih mengelak dengan mengatakan dia akan tetap di London.

London adalah rumahnya. Ban kapten melingkar di lengannya. Ia adalah mataharinya dan semua berotasi di sisinya. Di jamannya, jarang kita dapatkan Arsenal bermain dengan cepat satu dua sentuhan namun melainkan bola tertahan di kakinya, memberikan operan manis, lalu kembali kepadanya, semuanya menjadi tergantung kepada dirinya. Permainan Arsenal terpusat di anak hilang ini.

Singkat cerita, ia sudah tidak tahan lagi untuk kembali ke rumah dia sebenarnya bermain bersama teman-teman seangkatannya dan dilatih oleh idolanya sendiri. Prof sebenarnya ingin menahannya untuk tidak pergi, prof masih berharap kepadanya dan ia rela untuk membuat taktik yang sesuai dengan pemain kesayangannya ini. Tapi, tidak. Dia malah tetap pergi.

Beribu kata ia katakan. Semanis kata yang ia ucapkan mampu mengalahkan manisnya gula. Ia mengatakan bahwa salah satu orang yang paling ia hormati adalah Arsene dan Arsenal adalah rumahnya. Dia mengatakan bila dia memakai tidak akan jersey biru dan kejadian yang paling kita ingat adalah ketika ia membuang jersey setan merah begitu saja.

Semuanya terekam dan takkan pernah mati. Bahkan untuk pergi ia sampai rela menambahkan mahar dengan uangnya sendiri untuk dapat pindah ke klub masa kecilnya.

Rasa kecewa muncul terhadap dirinya. Bagaimana tidak kecewa, ketika kita mencintai seseorang, orang tersebut malah meninggalkan kita untuk cinta pertamanya atau untuk orang lain yang menurut dia lebih baik dari kita.

Memang kehidupan ini keras, mimpi yang indah itu dibenturkan dengan kerasnya kehidupan ini. saat ia pergi, tidak lama kemudian yang menjadi idolanya dan alasannya untuk pindah pun meninggalkan posisinya. Selama di klub masa kecilnya, statistik mengatakan penampilannya tidak buruk-buruk amat, namun sayangnya ia lebih sering menjadi penghangat bangku cadangan.

Mimpinya dulu ia menjadi pujaan di klub masa kecilnya sama seperti yang ia dapatkan di London. Mimpinya dulu adalah bermain selama mungkin dan mengangkat piala bersama klub dari masa kecilnya. Kenyataannya, ia masih kalah dengan Messi atau si anak baru Neymar. Namanya semakin meredup dan tak lagi menjadi pusat dari rotasi planet-planet, malah ia yang dulu menjadi matahari berubah menjadi bulan.

Berkali-kali ia diberitakan masuk ke dalam daftar jual klub masa kecilnya dan akhirnya ia benar-benar keluar dari klub masa kecilnya di tahun ini. sebuah ironi, ketika ia sudah bersama dengan orang-orang yang mendukungnya dan mencintainya dengan sepenuh hati, ia malah pergi dengan mengorbankan dirinya sendiri untuk dapat bersanding dengan orang lain dari masa lalunya. Semuanya terbayarkan. Namun, ia keliru. Orang lain itu tidak sepenuhnya untuk mencintai dan mendukungnya.

Dia ingin kembali lagi ke orang yang mendukung dan mencintainya, namun sayangnya orang yang mendukung dan mencintainya itu menutup hati untuk dirinya. Prof tidak menjemputnya untuk kembali ke rumah. Tidak ada tempat untuk Cesc, kedatangannya hanya akan menghambat pertumbuhan dari Chambo, Ramsey, atau Jack bahkan buruknya mengacaukan taktik yang sudah dibangun kembali oleh Prof sepeninggal kepergiannya.

Apakah kamu kecewa terhadap anak hilang ini?

Saat ini Cesc benar-benar seperti anak hilang. Anak yang pergi berlalu lalang dan tidak menemukan kembali rumahnya dimana. Ia hilang bagaikan domba yang tak tahu dimana gembalanya, bahkan sampai ia menjilat ludahnya sendiri.

Manisnya kata-katanya dulu menjadi hambar. Rasa cinta dulu kepada dirinya seiring berubah menjadi kekecewaan kepadanya. Cerita-cerita dulu yang pernah terjalin mesra, layaknya buku-buku usang yang siap untuk diberikan kepada orang lain atau disimpan di dalam gudang.

Untukku sendiri, aku tak masalah ia pergi dari Barcelona, yang menjadi sakit hati kepadanya ialah kepulangannya ke Inggris dan London. Pergi ke klub seberang yang dulu ia pernah mengatakan yang sering muncul di timeline  ini.

Kenapa harus kesana Cesc?
Apakah kamu tahu rasa sakit hati Cesc?
Kamu tahu, bagaimana kami berharap berapa tahun ke depan kamu akan kembali lagi dan mencium lambang meriam di dadamu dengan penuh kebanggaan?

Tidak. Kali ini kamu benar-benar menghancurkan hati kami. Pertama kamu hancurkan hati kami saat kamu pergi ke Barcelona di saat kami memerlukanmu dan yang kedua kamu pergi ke Chelsea. Kamu tahu rasa sakit hati kami yang kamu lakukan?

Aku tidak berharap bila kamu disana cedera, yang kuharapkan hanyalah yang terbaik untukmu Cesc. Bila ini terbaik untukmu, biarlah terjadi meski kekecewaan mengendap di palung hati kami paling dalam.

Aku harap, kamu pun tidak mencium logo di dadamu nantinya seperti kamu mencium logo meriam di dadamu dulu. Karena kami tahu, seberapa kamu mencintai klub ini, namun kami pun tahu ini lah yang terjadi di masa yang semuanya di atur oleh uang.

Dan kami harusnya sadar, bila kami memiliki Jack, Ramsey, dan Chambo. Atau kami masih memiliki Zelalem yang disebut-sebut adalah titisan kamu Cesc!

Semoga kau sukses di klub barumu dan bukan menjadi penghangat bangku cadangan kembali.

Kali ini belajarlah dari Cesc tentang percintaan. Bersyukurlah ketika kita memiliki hubungan dengan seseorang, jangan tergoda karena melihat orang lain yang menurut kita lebih baik. Karena rumput tetangga memang selalu hijau namun tidak selamanya yang kita lihat itu baik. Terkadang malah buruk untuk kita.

Seperti cinta Cesc yang disia-siakan oleh cinta pertamanya yang rela ia tinggalkan cintanya saat itu, ternyata cinta pertamanya tidak memberikan kesempatan untuk dia dapat berkembang dengan baik malah memberikan tekanan yang luar biasa untuk dirinya. Saat ia menyadari kesalahannya dan ingin kembali ke cintanya saat itu, semuanya sudah terlambat. Cinta yang ia tinggalkan sudah memiliki cinta yang baru dan tidak ada lagi tempat untuk dirinya.

Inilah kehidupan. Inilah sepakbola. Inilah percintaan. Semuanya indah bukan? Ada drama yang tersaji di dalamnya. Ada kisah yang membuat kita bahagia ketika saat bersama. Ada kisah yang membuat kita menangis karena perpisahaan. Dan ada sebuah drama ketika orang yang pernah mengisi relung hati malah jadian dan tersenyum bersama dengan sahabat, eh,  lawan.

One thought on “Cesc Fabregas: Cinta yang Tak Pernah Kembali

  1. berharap Cesc kembali ketika Ozil belum datang masih masuk akal. Situasi menjadi kurang mengenakkan ketika Barcelona memutuskan untuk tak lagi memakai tenaganya sementara di ‘rumah’, telah ada sosok gelandang serang handal dalam diri Ozil, Ramsey serta Cazorla.

    Good luck in your life, Francesc Fabregas Soler. Once a gunner always a gunner.

    Like

Tinggalkan Komentar: