KUPAS TUNTAS: Arsenal Global Scouting System dan Mereka yang Tak Pernah Tidur (bagian II)

Oleh: Isril Hamdani

(bagian terakhir dari dua tulisan)
George Puscas

Berbeda dengan Bobby Bennet, pemandu bakat yang sudah lebih dari 10 tahun berada di Arsenal ini berhasil membujuk Nicklas Bendtner di tahun 2004 untuk pindah ke Arsenal dengan membawakan jersey Arsenal yang ditandatangani pemain idolanya, Robert Pires. Sementara itu di klub lain Manchester United berhasil mengontrak striker AS Roma David Petrucci setelah ulang tahunnya ke 16 dengan bayaran 95 ribu poundsterling per tahun dan ayahnya ditawari pekerjaan sebagai groundsman di lapangan latihan klub. Sebenarnya ini adalah tugas seorang manajer meyakinkan pemain dan keluarganya untuk pindah, tapi seorang pemandu bakat berkelas juga harus memiliki atribut ini.

Untuk apa manajer turun tangan jika pemandu bakatnya pun mampu meyakinkan sang pemain untuk pindah?

Lalu bagaimana cara kerja mereka?

Hal pertama yang dilakukan pemandu bakat di Arsenal adalah mengidentifikasi bakat bakat pemain yang ada. Identifikasi itu mencakup bakat alami sang pemain, kehidupan pribadi dan keluarganya. Sebagai contoh saat Francis Cagigao menemukan Iqnasi Miguel. Sebelum merokemendasikannya ia terlebih dahulu harus mengidentifikasi pemain tersebut. Hasil identifikasi dari Cagigao akan dikirimkan ke chief scout Steve Rowley dan dinilai apakah layak atau tidak.

Proses kedua adalah pantauan ulang berkali kali. Selesai diidentifikasi, dilaporkan dan dinilai bagus, maka akan dipantau lagi sebanyak 2 kali lagi atau lebih. Iqnasi Miquel yang merupakan hasil rekomendasi Cagigao akan dinilai oleh Rowley. Hasilnya ditinjau dari permainannya lebih mendalam lagi. Jika hasil pantauan dalam 2 pertandingan itu kurang baik, maka akan ditinjau lagi lebih mendalam dalam waktu yang lebih lama. Tetapi jika hasil dari pemantauan beberapa pertandingan itu positif, maka Rowley akan mengutus pemandu bakat lain selain si perekomendasi. Jika pendapat dari si pemandu bakat kedua ini ternyata tetap positif seperti si perekomendasi bakat, maka Rowley yang akan turun langsung.

Disini tugas Rowley akan benar benar diuji, ia yang akan langsung turun ke lapangan untuk mengumpulkan data-data pemain beserta video permainannya. Hasil pantauan Rowley beserta pemandu bakatnya yang berisi data-data dan video pemain itu jika dinilai layak akan dilaporkan kepada Arsene Wenger.

Hasil laporan dari Steve Rowley yang diterima Wenger akan di-review lagi oleh si profesor. Jika layak, Wenger akan mengontak klub asal pemain tersebut untuk mencari infonya. Setelah itu, Wenger akan mengontak koleganya di klub si pemain incaran bermain untuk mencari segala informasi tentang pemain itu. Dan apabila hasilnya benar benar layak, maka Wenger akan melakukan pengamatan secara langsung lagi dan jika berminat maka ia akan mengajukan kontrak ke pemain.

They who never sleep

Jika pemandu bakat menemukan pemain muda potensial dari klub klub yang ada di Brazil atau Argentina, katakanlah klub itu Santos, Corinthians, Fluminese, Boca Juniors, River Plate, Newell’s Old Boys, menurut saya itu biasa — karena reputasi klub klub tersebut cukup besar, namanya juga cukup familiar dan negara tersebut memang dikenal sebagai penghasil wonderkid.

Namun jika seorang pemandu bakat menemukan pemain muda dari klub antah berantah dan berada di lowest league, itu baru luar biasa.

Sebut saja Nicklas Bendtner sebelum tiba di Arsenal dia bermain di Kjobenhavns Boldklub, Ignasi Miquel dari Esportivo Cornella, Fredrik Ljungberg di Halmstads BK, Sebastian Larsson di IFK Esklistuna, Havard Nordveit di Haugesund, Johan Djourou di Etoile Carouge, Joel Campbell di Deportivo Saprissa, Philippe Senderos dari Servette, atau yang sedikit aneh Ryo Miyaichi, sebelum di trial oleh Arsenal dia ditemukan saat turnamen antar sekolah di Jepang, Ryo mewakili sekolahnya Chukyodai Chuyko High School. D iluar sekolah Ryo juga bermain di sebuah klub bernama Sylphid FC.

Nama-nama klub di atas mungkin asing di telinga kita, tapi begitulah para pemandu bakat di Arsenal: bekerja sampai ke kasta terendah hanya untuk menemukan pemain muda potensial, mereka menjangkau suatu tempat yang memang sulit dijangkau oleh pemandu bakat lain. Dan perlu diingat bahwa pemandu bakat yang baik dapat membantu menghemat jutaan pound dan semakin rendah level yang dicermati, semakin sulit pekerjaan ini dilakukan. Para pemandu bakat di Arsenal telah melewati tahap ini.

Namun ada satu hal yang mengganjal pikiran saya yakni gaji yang mereka terima. Saya kaget bahwa rata rata gaji mereka hanya berkisar 1000-1500 pounds per pekan — kecuali Steve Rowley mendapat 5000 pounds per pekannya. Bahkan Everton Gushiken hanya bergaji 900 pounds. Kita tahu Arsenal adalah klub yang ketat dalam hal pengeluaran apalagi untuk urusan gaji, namun dengan gaji segitu saya pikir kurang sebanding dengan apa yang mereka beri selama ini. Mereka memang diberikan fasilitas eksklusif, tapi mereka ini adalah super scout, saya tidak yakin apakah ada klub diluar sana yang memiliki para pemandu bakat sebaik Arsenal.

Saya tidak mau menebak apakah mereka memiliki tunjangan atau bonus dari pekerjaannya, tapi jika saya penguasa di Arsenal, maka saya akan memberikan mereka gaji setara Oxlade Chamberlain ataupun Aaron Ramsey. Kenapa? Karena saya tidak ingin lagi kehilangan orang orang terbaik. Kita sudah pernah kehilangan Sandro Orlandelli, salah satu scout terbaik Arsenal yang bulan April lalu menerima pinangan Santos dan menjabat sebagai direktur sepakbola. Sandro adalah orang yang menemukan Pedro Botelho, Carlos Vela, Denilson dan Wellington Silva. Dan jauh sebelum itu kita juga pernah kehilangan Paul Burgess, groundsman terbaik di dunia, dan tentunya terakhir kehilangan pemain pemain terbaik.

Arsenal harus bisa melindungi para super scout ini. Mereka adalah penganut setia filosofi Wenger dan salah satu bagian yang vital yang menjaga keberlangsungan hidup Arsenal. Mereka adalah pemandu bakat kelas dunia: bekerja keras siang malam menemukan permata permata yang terpendam, dan saat mereka sudah menemukannya, mereka dengan sekuat tenaga tidak akan melepasnya. They never sleep at this job! They’re super scouts.

Steve Morrow (International Partnership Performance Supervisor)

Morrow, kiri, bersama George Graham. Karir Morrow terhenti setelah mengalami cedera aneh: terjatuh saat dipanggul Tony Adams ketika tim merayakan keberhasilan memenangi Piala Liga

Secara resmi pria asal Irlandia Utara ini bukanlah seorang pemandu bakat, tapi karena pekerjaannya yang lebih banyak dihabiskan diluar negeri membuat pria yang mirip dengan Steve Jobs ini secara tidak langsung menjadi scout tambahan buat Arsenal.

Steve dikenal sebagai mantan pemain Arsenal yang memenangi titel Piala Liga tahun 1993 dan mencetak gol kemenangan pada laga tersebut serta meraih UEFA Cup Winner pada tahun 1994. Selama 10 musim di Arsenal Steve mengantongi 85 penampilan dan mencetak 3 gol.

Pasca keluar dari Arsenal Steve bermain di Queen Park Rangers dan FC Dallas. Dia pensiun pada tahun 2003 diusia 34 tahun lalu tahun 2006 Steve menjadi manajer FC Dallas dan hanya bertahan selama dua musim.

Tahun 2008 Steve kembali ke Arsenal dan bekerja sebagai pengawas kinerja beberapa klub di luar Eropa yang menjadikan Arsenal sebagai mitra internasional mereka seperti Colorado Rapids dari US, BEC Tero dari Thailand, dan Hoang Anh Gia Lai di Vietnam. Diluar itu Steve juga bekerja di akademi Arsenal yang ada di Mesir dan Ghana.

Everton Gushiken dan Pablo Budner (Amerika Selatan)

Dua orang ini seperti hantu, tidak terlihat dan berita tentang mereka sangat sedikit, bahkan saya tidak pernah menemukan fotonya. Everton dan Pablo berada di Arsenal sejak tahun 2007, dan mereka berdua adalah scout tersisa, karena sebelumnya Sandro Orlandelli sudah keluar dari Arsenal. Khusus untuk Everton Gushiken, dia adalah orang yang merekomendasikan Giuliano De Paula, gelandang serang dari klub Internacional, tapi sayang pemain ini lebih dulu digaet FC Dnipro dengan banderol 11 juta Euro. Selain itu dia juga merekomendasikan Bernard, winger Atletico Mineiro kepada Arsenal. Saya tidak tahu apakah Arsenal memberikan tawaran resmi atau tidak kepada pemain ini, tapi yang jelas sekarang Bernard sudah berlabuh di Shakhtar Donetsk dengan transfer 25 juta Euro, dan itulah sebabnya kenapa saya memasang foto Bernard.

Tantangan: saya akan memberikan Anda secangkir kopi hitam jika Anda menemukan foto Everton dan Pablo!

Peter Clark (Belanda)

Sama seperti Everton dan Pablo orang ini juga seperti hantu, saya tidak menemukan satupun fotonya. Sejauh ini belum diketahui siapa saja pemain yang pernah direkrut Arsenal dari hasil temuannya. Tapi pada tahun 2008 lalu mantan pemain Arsenal ini merekemondasikan Eljero Elia kepada Wenger dan di musim ini Peter masih terus mengamati perkembangan dari dua pemain PSV, Georginio Wijnaldum dan Zakaria Bakkali (foto). Semoga saja Wenger merekrut dua pemain itu.

Tony Banfield (Italia, Kroasia dan Slovenia)

Maafkan saya jika kualitas fotonya buram, saya lelah mencari foto orang ini dan hanya satu ini yang saya temukan. Tony merupakan anak dari pelatih tim utama Arsenal Neil Banfield. Penemuan terbesarnya sejauh ini adalah Johan Djourou dimana ada sedikit cerita unik didalamnya. Awal mulanya ketika Tony menghadiri turnamen remaja di Kroasia, saat itu dia duduk berdekatan dengan para pemandu bakat dari klub lain. Entah disengaja atau tidak, Tony mendengar obrolan dari dua orang pemandu bakat yang menceritakan seorang anak kecil berusia 15 tahun dari klub Etoile Carouage bernama Johan Djourou. Tanpa berpikir lama saat itu Tony langsung menghubungi Steve Rowley untuk memantau pemain ini secara intensif dan hasilnya Arsenal lebih dulu merekrutnya.

Danny Karbassiyoon (Amerika Utara)

Jika kebanyakan pemandu bakat susah untuk ditemukan berita dan profilnya, orang ini malah sebaliknya. Danny Karbassyion mudah ditemui di jejaring sosial Twitter, dia cukup aktif menggunakannya. (Catatan editor: selain menjadi pencari bakat untuk Arsenal, Danny — bersama seorang rekan — juga seorang pendiri website sepakbola Soccer Without Limits).

Pria asal Amerika Serikat yang memiliki darah Italia dan Iran ini sebelumnya adalah mantan pemain Arsenal, dia berposisi sebagai bek kiri dan selama berkarir sejak tahun 2003 sampai 2005 dia hanya mengemas 3 penampilan dan mencetak satu gol saat debutnya melawan Manchester City pada Oktober 2004 di ajang Piala Liga lewat assist Frances Fabregas.

Setelah dilepas Arsenal tahun 2005 Danny bermain untuk Burnley selama dua musim dan hanya memperoleh 5 penampilan akibat cedera serius yang dialaminya. Dia tidak mendapat tempat dan Agustus 2006 Burnley melepasnya secara gratis.

Tahun 2007 Danny menerima tawaran trial untuk AZ Alkmaar namun gagal karena problem pada lututnya tak kunjung sembuh dan AZ Alkmaar enggan mengambil resiko. Dan Februari 2007 Danny memutuskan pensiun dari sepakbola dimana saat itu dia masih berusia 22 tahun.

Saat memutuskan pensiun Danny mengatakan bahwa dia ingin keluar dari sepakbola dan fokus melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, namun pada April 2007 Steve Rowley menawarkannya pekerjaan sebagai pemandu bakat dan ditugaskan di wilayah Amerika Utara, sebuah pekerjaan yang sulit ditolak oleh pria penggemar berat tim AC Milan ini.

Dan sekarang Danny berstatus sebagai pemandu bakat termuda di Arsenal, saat ini dia berusia 29 tahun, karirnya masih panjang, dan sejauh ini kita baru mengetahui 2 pemain yang ditemukannya, orang itu adalah Joel Campbell dan Gedion Zelalem.

Juergen Kost (Jerman, Rep Ceko dan Austria)

Alih alih sebagai pemandu bakat, orang ini malah lebih cocok dilihat sebagai petinju kelas berat WBC dan bertarung melawan Vitaly Klitschko. Sama seperti Pablo dan Everton, tidak banyak yang diketahui dari orang ini selain pemain yang ditemukannya yaitu Philipe Senderos, Kyle Ebicilio, Lukasz Fabianski dan Wojciech Szczesny. Diluar pekerjaannya sebagai pemandu bakat Juergen mengajar di International Soccer Bank untuk memberikan pelatihan kepada siswa yang ingin menjadi seorang pemandu bakat profesional.

Bobby Bennet (Balkan: Serbia, Bosnia, Bulgaria, Makedonia dan Yunani)

Orang ini berada di Arsenal sejak tahun 2001 dan sekarang bertugas di semenanjung Balkan berkat rekomendasi dari Boro Primorac, orang terdekat Wenger. Namun sebelum itu ia bekerja untuk wilayah Skandinavia yang mencakup Denmark, Swedia serta Norwegia selama 7 tahun dan menemukan Nicklas Bendtner, Havard Nordtveit dan Sebastian Larsson.

Sejauh ini Arsenal memang belum merekrut pemain dari Balkan selama Bobby bertugas disana. Tapi pada September 2011 Bobby telah menemukan Mateo Kovacic yang dulunya bermain di Dinamo Zagreb, Steve Rowley juga turun langsung untuk memantaunya, dan pemain ini sudah masuk dalam radar Wenger, namun entah dengan alasan apa akhirnya Arsenal tidak jadi merekrutnya dan Mateo Kovacic pun mendarat di Inter Milan.

Mari kita tunggu penemuan terbaru dari Bobby Bennet. Saya berharap dia menemukan The New Edin Dzeko…

Gilles Grimandi (Prancis, Israel, Swiss dan Afrika)

Hanya ada satu manusia yang lebih tau tentang pemain asal Prancis selain Wenger di Arsenal, orang itu adalah Gilles Grimandi. Saya tak mau bercerita panjang lebar tentang mantan pemain Arsenal ini, karena CV nya luar biasa. Secara keseluruhan dia telah menemukan dan merekomendasikan Bacary Sagna, Gael Clichy, Abou Diaby, Gilles Sunu, Alex Song, Samir Nasri, Mathieu Flamini, Oliver Giroud, Yaya Sanogo dan Laurent Koscielny. Diluar itu Gilles juga mengusulkan Clement Granier, Mapou Yanga Mbiwa, Mamadou Sakho dan Remy Cabella kepada Wenger.

Gilles came to watch me at Auxerre and he invited me to a hotel in Paris. Arsene Wenger was there to welcome me in person. I was very impressed that he had come all that way specially. He told me I would get my chance at Arsenal. He said he’d been following me for years. The journey he’d made convinced me to join Arsenal. – Yaya Sanogo

Dan kelak jika Steve Rowley pensiun, mungkin hanya ada dua orang yang layak untuk menggantikannya, orang itu adalah Francis Cagigao dan Gilles Grimandi.

Francis Cagigao (Spanyol dan Portugal)

“You have to see this kid, he is special.” Itulah kalimat pertama yang diucapkan Francis Cagigao saat menelepon Steve Rowley saat pertama kali melihat Frances Fabregas tahun 2002 silam dimana waktu itu Fabregas yang berusia 15 tahun bertanding di partai derby Catalan melawan Espanyol. Cagigao mendesak Steve untuk terbang dari London untuk melihat Fabregas, dan saat Steve melihatnya Steve hanya butuh waktu 15 menit untuk membuat keputusan bahwa Arsenal harus merekrutnya.

Kisah diatas mungkin sebuah penemuan terbaik yang pernah dilakukan oleh Arsenal, khususnya Cagigao terlebih lagi tahun 2002 itu adalah tahun pertama Cagigao memulai karir sebagai scout di Arsenal.

Tapi sebelum berkarir sebagai scout Cagigao, ya Cagigao (kadang sedikit sulit mengeja namanya : Cakigao) juga sempat berkarir sebagai pemain di Arsenal, tepatnya pada tahun 1984 (usia 16 tahun) sampai 1988, selanjutnya dia membela Barcelona B pada tahun 1989, dan hanya bertahan satu tahun. Setelah itu karirnya menurun, dan hanya dihabiskan di liga liga Cacing, bermain di klub Ferrol, Yeclano dan Lemos. Sepanjang karirnya dia hanya bermain 36 kali dan pensiun tahun 1998.

We’ve always seen that you don’t have to be the biggest, strongest or quickest to be a great footballer, and once he matures a little bit more in his game he’ll develop very well. – Francis Cagigao

Walaupun sebagai pesepakbola karirnya tidak sesuai harapan, namun dalam urusan menemukan pemain, Cagigao termasuk salah satu yang terbaik dan aset berharga yang dimiliki Arsenal. Selain Fabregas, Cagigao juga yang menemukan Ignasi Miquel, Jan Toral, Hector Bellerin dan Fran Merida. Media di Spanyol menjulukinya “Arsenal Man In Spain” dan sekarang Cagigao menjabat sebagai asisten Steve Rowley.

Steve Rowley (Chief Scout/Kepala Pencari bakat)

Rowley, berbincang bersama Wenger
Rowley, berbincang bersama Wenger

Seorang Legenda! Jika Anda berbicara tentang Steve Rowley maka Anda harus berbicara di level lain. Steve tidak bisa dibandingkan dengan pemandu bakat lain yang ada di Arsenal, orang ini berada di level yang sama dengan Pierluigi Casiraghi (Inter Milan), Nito (Real Madrid), Noerbert Ziegler (Bayer Leverkusen) dan Piet De Visser (Chelsea).

Steve adalah kepala pemandu bakat dan orang yang paling bertanggung jawab dalam Arsenal Global Scouting System. Dia adalah sesepuh, sudah 33 tahun berada di Arsenal jauh sebelum Wenger tiba di Highbury dan Steve adalah orang yang menemukan Tony Adams dan Ray Parlour.

Steve juga orang yang loyal, tahun 2011 kemarin dia menolak tawaran Chelsea untuk menjabat sebagai direktur olahraga menggantikan Frank Arnesen yang hijrah ke Hamburg dan menolak tawaran Zenit St Petersburg dengan gaji yang cukup besar. Arsenal tidak boleh melepas orang ini, Wenger harus mengikatnya dengan kuat.

Kesimpulan

Ian Carrington mengatakan sistem jaringan pemandu bakat layaknya seperti sebuah investasi, tidak ada jaminan bahwa pemain yang mereka jaring akan menjadi pemain bintang. Namun dengan memperbesar jaringan pemantauan mereka, masing masing klub berharap rasio sukses mereka pun akan semakin baik. Apalagi mengingat bahwa jika mereka tidak melakukan scouting, kompetitor mereka pasti melakukannya.

Dan saya membayangkan jika Wenger tidak pernah melatih Arsenal mungkin Arsenal tidak akan memiliki Global Scouting System, kalaupun Arsenal memilikinya mungkin kita hanyalah plagiat dari sebuah model yang diterapkan oleh klub lain bukanlah sebagai penggagas.

Steve Rowley pernah berujar bahwa sebelum Wenger tiba di Arsenal ia tidak pernah bepergian ke luar negeri untuk memantau seorang pemain. Sekarang semua berubah, setiap pemandu Arsenal bakat memiliki wilayah teritorial masing masing di seluruh pelosok dunia, tidak ada area yang tidak terjamah, hampir semua pemain akan terdeteksi oleh Arsenal.

We are able to attract the most promising prospects, because we have a calling card stamped ‘Arsene Wenger’. They know they will get the chance to play. It is one of our principal arguments. And of course, the great money paid to youngsters at Arsenal helps. – Gilles Grimandi

Apa yang dikatakan Gilles adalah realita. Arsene Wenger adalah kunci kenapa pemain muda mau bermain untuk Arsenal. Mereka sadar mereka akan mendapat kesempatan bermain lebih banyak dibanding bermain di klub besar lainnya. Faktor besar lainnya adalah fasilitas, semua orang sudah mengakui fasilitas latihan Arsenal mungkin yang terbaik di Inggris. Selebihnya adalah uang sebagai alat pelicin, dalam hal ini mungkin Arsenal masih kalah dibanding klub lain, kita sudah pernah mengalami hal ini dalam kasus Cristiano Ronaldo, Edin Dzeko, dan Didier Drogba. Kita lebih dulu disalip oleh tim lain hanya karena mereka menggelontorkan uang lebih banyak. But don’t worry itu hanyalah hal kecil di masa lalu, saya yakin Wenger sudah belajar banyak dari hal-hal seperti itu . Bukankah baru baru ini kita baru saja mendatangkan nomor 10 terbaik di dunia?

Seperti yang dikatakan Benhan bahwa Arsenal adalah klub inovasi dari era Herbert Chapman sampai Arsene Wenger, dan kini Wenger sudah membuktikan itu, ia telah memetik hasil dari sistem yang telah digagas dan dirancangnya, dan sekarang banyak klub yang berlomba lomba meniru model ini, tapi tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada klub lain, hanya sedikit klub yang mampu menyamai jaringan pemandu bakat Arsenal yang sudah mengglobal. Saya bangga mengatakan bahwa Arsenal adalah pemain terdepan dalam industri ini.

Victoria Concordia Crescit!

Catatan penulis: Terima kasih kepada majalah Four Four Two edisi Agustus 2010 yang mengupas “Rahasia Kehidupan Pemandu Bakat” dan sebuah akun di Facebook yang bernama Arsenalku serta artikel Ian Carrington di salah satu situs lokal Indonesia. Beberapa kutipan saya ambil dari artikel tersebut. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.
Catatan editor: untuk mengetahui bagaimana kerja seorang pencari bakat, tonton film “Trouble with the Curves” yang dibintangi Clint Eastwood, Amy Adams serta Justin Timberlake. Meski lahan yang mereka garap adalah baseball, tapi saya rasa bisa sedikit memberikan gambaran tentang bagaimana mereka bekerja, intrik antar sesama scout, hingga gesekan dengan bos di klub.

23 thoughts on “KUPAS TUNTAS: Arsenal Global Scouting System dan Mereka yang Tak Pernah Tidur (bagian II)

  1. Tambahan dari gua, kalo mau bener bener ngeliat gimana sebuah tim (ya pemain, scout & jajaran board) bekerja, coba baca komik Giant Killing.
    Highly recommended.

    Like

  2. waaaaw, outstanding,,,
    klo masalah gaji dari scout emang keliatanx jauh lebih kecil ya, soalx diFootball Manager jg gtu,,,
    Kenapa ya???

    Like

  3. Artikel yang sangat bagus dan cukup dalam. For info, Rowley sekarang based di Jerman. Jadi jangan heran kalau kita akan merekrut lebih banyak lagi pemain Jerman di masa depan 🙂

    Like

  4. @gege : Nah itu dia pertanyaan yg belum terjawab. Tapi sekedar info Sir Chips Keswick gajinya di Arsenal cuma 500 pounds per minggu, jauh lebih rendah dari para pemandu bakat di Arsenal 🙂

    Like

  5. Yupz..dunia pemandu bakat emang menarik..dan ya,sy sdh menonton film nya jauh sblm sy membaca artikel ini..
    In ARSENE we TRUST

    Like

  6. keren… sukses selalu gan.. gw pernah otak atik ini scout di FM. sebelum nya yg gw tau cuma si Steve Rowley dan grimandi, tapi si rowley susah di ajak join sesama club lainnya, * main di FM pake club madrid kalau si grimandi msh mw join.

    Like

  7. @Alex : Hahaha kalau di FM si Grimandi emang gitu gan, senangnya sama klub klub besar. Steve Rowley loyal bgt sama Arsenal, daripada sakit hati mending rekrut scout dari Jerman aja gan, banyak yg bagus disana.
    Makasih gan udah baca 🙂

    Like

Tinggalkan Komentar: