Situasi Suarez: Nikmati Saja Beritanya

Luis Suarez memantau timeline yang membicarakan rencana Arsenal mendatangkannya ke Emirates

Akhirnya Gonzalo Higuain menjadi salah satu target transfer yang hilang mengikuti jejak Juan Mata dkk setelah Napoli meresmikan kepindahannya beberapa jam lalu. Ini membuat Wayne Rooney dan Luis Suarez menjadi striker world-class yang ‘memungkinkan’ untuk digaet.

Iya, gitu? 

Saya sendiri berpendapat bahwa striker-striker berbahaya yang menganggur sudah semakin sedikit. Sedangkan Rooney dan Suarez mempunyai nilai lebih, mereka tak perlu lagi beradaptasi dengan atmosfir EPL dan bisa ditempatkan di berbagai posisi penyerang.

Iya, gitu?

Mari kita telusuri striker-striker Eropa yang sekiranya pantas dijajaki kemungkinannya berlabuh ke Arsenal.

Adam Szalai

Terlambat. Schalke yang kehilangan Lewis Holtby musim lalu baru saja merekrutnya dari FC Mainz. Szalai sendiri merupakan goal-getter tipikal seperti Giroud atau Higuain. Striker murni berpostur bongsor yang mengandalkan umpan-umpan dari rekan-rekan mereka. Lagipula dia sudah terlalu tua dan akan membutuhkan proses adaptasi untuk bermain di liga berbeda.

Stefan Kießling

Pemain Bayer Leverkusen ini sudah tak muda lagi, 29 tahun. Tapi mempunyai peran penting dalam membawa timnya meraih spot Liga Champions musim lalu sebagai topskor Bundesliga dengan 25 gol. Kemungkinannya untuk dijual pun sangat kecil setelah Leverkusen kehilangan Andre Schurrle yang hijrah ke Chelsea. Same old, same old.

Burak Yilmaz

Mempunyai rekor gol Liga Champions impresif musim lalu. Kedatangan Didier Drogba dan Wesley Sneijder tak membuatnya lantas meredup. I say no.

Edinson Cavani

Only in dreams.

Radamel Falcao

Iya, gitu?

Stephan El Shaarawy

Petinggi Milan, meski performanya menurun di paruh kedua musim lalu (15 gol pra-Januari dan hanya sekali mencetak gol paska Januari), langsung memagarinya dari ancaman rayuan klub-klub lain. Dalam masa berkembang dan bermain bersama tandemnya di timnas Mario Balotelli, membuat perekrutannya hampir mustahil terjadi.

Roberto Soldado

Target transfer Sp*rs dan Liverpool. Sayang tahun depan ia telah berumur 29 tahun dan Valencia mematok harga tinggi untuknya.

Piti dan Ruben Castro

Keduanya sudah terlampau uzur meski berhasil mencetak 18 gol untuk masing-masing klub, Rayo Vallecano dan Real Betis. We want a proven world class talent, remember?

Pada dasarnya saya sendiri masih sangsi dengan definisi status ‘world class’ yang melekat pada seorang pemain. Apa faktor-faktor yang membuat seseorang layak menyandang gelar tersebut? Suatu raihan prestisius di level klub dan negara? Kalau begitu Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi bukanlah striker world class. Dan jika hal itu yang jadi faktor utama, rasa-rasanya apa yang dipersembahkan Davor Suker — sang peraih medali perunggu dan sepatu emas Piala Dunia 1998 — sepanjang karirnya bersama Arsenal status world class sanggup menipu.

Kenapa Arsenal begitu bernafsu menggaet seorang striker? Karena merasa mampu? ‘Kini kami mempunyai dana lebih untuk mengekor kedigdayaan Chelsea dan Manchester City’?

Yang jadi permasalahan pada skuat Arsenal musim lalu adalah kurang banyaknya opsi pemain yang sanggup menciptakan peluang.

Iya, gitu?

Sekarang ijinkan saya bertanya. Apa sebenarnya definisi peluang atau ‘chance creation’ dalam sebuah pertandingan sepakbola? Jumlah shot yang dilakukan, shot on target yang tercipta, rasio shot per menit, jumlah forward passes sepanjang laga, jumlah assist yang dibukukan seseorang, apalagi?

WhoScored, Squawka, EPLIndex dan muara data mereka Opta menyodorkan pada kita hal-hal tersebutlah yang menjadi tolak ukur ‘chance creation’ dalam pertandingan sepakbola. Lagi-lagi, data statistik, yang diolah sedemikian rupa elok, jika tak ditempatkan di sudut pandang terbaik akan menjadi data mentah.

Jika anda melihat ulang tayangan gol Theo Walcott versus West Ham yang dia ciptakan dari umpan Podolski, pada awalnya bola terobosan dari lini tengah Arsenal mengarah ke Olivier Giroud yang berada di posisi offside. Namun apa yang Giroud lakukan? Ia mengangkat tangan sambil berlari kencang seolah untuk meyakinkan wasit bukan dia yang akan mengambil bola tersebut, melainkan Podolski — yang berada di posisi onside.

Apakah Opta menghitung aksi Giroud tersebut sebagai ‘chance creation’?

Tidak.

Lantas bagaimana jika Giroud, dengan segala kemaha-tampanannya luput menyadari posisinya yang kadung offside? Gol Walcott tersebut tidak akan terjadi karena keburu dianulir.

Higuain, dengan segala catatan statistiknya yang aduhai dari segi pemanfaatan shot, saya yakin 100% akan membutuhkan adaptasi dengan gaya bermain Arsenal. Tidak mungkin tidak.

Tadi sore saya sempat bertanya. Atau tepatnya mengajukan argumentasi. Bahwa saat Arsenal menjuarai EPL dan Piala FA musim 2001-02, hanya Sol Campbell-lah rekrutan anyar yang mempunyai kontribusi maksimal untuk Arsenal. Lantas kemudian ada beberapa orang yang mengajukan nama Giovanni van Bronckhorst. Pikiran saya tertuju pada pembelian striker kita saat itu, striker muda dari Everton yang dijuluki “Fox in The Box” dengan harga cukup mahal, 8 juta GBP.

Kita kemudian sama-sama tahu bahwa karir Jeffers mandek dan menjalani karir di klub-klub semenjana di sisa karirnya. Bukan sepenuhnya salah dia, memang. Di umur begitu muda dirinya sudah harus bersaing dengan Thierry Henry, Dennis Bergkamp, Nwanko Kanu dan Sylvain Wiltord. Namun bukankah persaingan adalah hal yang lazim dialami para pesepakbola sepanjang karir mereka? Entah itu bersain dengan rekan setim untuk memerebutkan posisi utama, atau dengan pemain lawan yang mereka hadapi tiap pekannya.

Permainan di bursa transfer selalu menarik. Bukan hanya saat suatu perekrutan masih dalam status rumor, tapi juga saat menilik performa para rekrutan anyar di klub-klub baru mereka.

Lantas saya menilik kembali performa Robert Pires, Edu, Sylvain Wiltord dan Lauren di musim pertama mereka bersama The Gunners (2000-01). Hanya pemain ofensif yang saya cantumkan torehan golnya.

  • Pires —  didatangkan dari Marseille — 51 laga — 8 gol
  • Wiltord — Bordeaux — 47 — 15
  • Edu — Corinthians — 5
  • Lauren — Mallorca — 33

Bukan catatan yang impresif, tentunya. Apalagi untuk Pires karena saat itu Arsenal telah kehilangan Marc Overmars. Namun apa yang terjadi di musim kedua mereka bersama Arsenal? Yang notabene-nya adalah musim dimana untuk kali kedua Arsenal bersama Arsene Wenger sanggup meraih gelar ganda Liga Inggris dan Piala FA?

Yap. Keempat pemain tersebut didatangkan Arsenal dari klub-klub yang bermain di luar EPL. Untuk kasus Lauren bukan hanya harus beradaptasi dengan perbedaan gaya bermain dan kultur asing, tapi juga dituntut mengadopsi peran baru sebagai bek kanan dimana sebelumnya dia adalah gelandang. Pires kemudian berhasil membukukan 13, 16 dan 19 gol di tiga musim selanjutnya. Edu, yang hanya bermain lima kali di musim pertama berkesempatan bermain di 27 laga di musim 2001-02.

Ada satu lagi hal yang membuat keempat pemain tersebut bermain impresif di musim kedua.

Piala Dunia 2002 di Jepang.

Sekarang sudahkah anda melihat persamaanya dengan empat (YES, LAGI-LAGI JUMLAH YANG SAMA. BLESS ME LORD OF FOOTBALL!) rekrutan kita musim lalu? Keempatnya adalah anggota timnas masing-masing dan berasal dari liga non-EPL sebelum bergabung ke Ashburton Grove. Apa yang kita peroleh dari trio penyerang anyar musim lalu? Masing-masing menyumbang dua digit gol di seluruh ajang. Kita bisa menyampingkan hasrat melihat Cazorla dan Monreal menjadi starter untuk timnas Spanyol. Karena, you know, Spanyol gituh. Michu atau Arteta saja tidak bisa menembus skuat senior mereka.

Mari kita telaah nasib Podolski dan Giroud bersama Jerman dan Prancis. Poldi adalah bekas teenage sensation Jerman yang sukses menapaki karir internasional dengan pesona gemilang sejak Piala Eropa 2004 dan menjadi second top scorer di Piala Dunia 2006 bersama Thierry Henry, Ronaldo (Brazil), Zinedine Zidane, David Villa dan beberapa pemain lain dengan torehan tiga gol. Saat itu umurnya baru 21 tahun. Kita semua tahu bagaimana Jerman perlahan bangkit dari kegagalan mereka di level internasional dan klub melalui final Liga Champions musim lalu yang memertemukan Dortmund dan Muenchen — dimana sebagian besar materi pemain kedua klub dihuni oleh pemain berkebangsaan Jerman.

Joachim Leuw tentu saja mengalami pusing di kepala, bukan karena menipisnya stok pemain yang bisa dia pilih, melainkan betapa melimpahnya pilihan yang bisa ia gunakan. Podolski sendiri belum mencapai hasil maksimal bersama timnas dimana mereka selalu mendapat predikat ‘hampir’. Sebagai pemain pro yang kini berada di umur matang (28 tahun), apa ia akan menyerah untuk melepas posisi di skuat timnas dan menyerahkannya saja pada pemain muda?

Tentu tidak. Dan cara apa yang harus Poldi lakukan guna mendapat jaminan tempat di tim Jerman? Tentu saja dengan bermain sebagus mungkin di level klub, bersama Arsenal. Saya saat membahas season review Olivier Giroud menduga bahwa sepanjang musim lalu Poldi bermain dengan kaki yang ringkih. Ternyata dugaan itu benar. Seperti yang baru-baru ini ia akui di wawancaranya dengan John Cross dari Daily Mirror,

I had a problem with my ankle, I lost a lot of matches and now I am fully fit and will be prepared for the next season.

My ankle is fine now. I worked on it throughout the break with the physio, I had rest and a lot of exercises and it feels fine now. It was a problem with the muscles and the ankle but now it’s all OK and I am pain free.

Begitu pula nasib Giroud bersama Prancis. Tim asuhan Didier Deschamps tersebut memakai pola bermain satu striker yang kini populer, dan hingga pertandingan terakhir, nama Karim Benzema selalu menjadi prioritas sebagai starter. Melihat performanya bersama Prancis belakangan, dimana dia gagal mencetak gol selama lebih dari 1000 menit (terakhir kali saat menghadapi Estonia), apa tidak membuat Giroud terpacu untuk memompa permainannya bersama Arsenal, agar membuka mata Deschamps?

Tentu saja. Apalagi jika kelak tak cedera, Brazil 2014 akan menjadi Piala Dunia pertamanya.

Walcott beberapa hari lalu juga menegaskan bahwa ia menargetkan untuk memerbaiki torehan golnya menjadi minimal 25 gol musim depan. Ini membuat saya berpikir keras, apakah kita benar-benar membutuhkan striker world class?

Ekspektasi saya pada hasrat Arsenal memboyong pemain mahal sedikit longgar begitu menyimak permainan tim di pertandingan pra musim. Kita tidak terlalu membutuhkan penyerang karena yang paling kita butuhkan adalah sosok yang mampu menciptakan peluang. Apakah ketiga pemain tersebut, di musim keduanya bersama Arsenal jelang Brazil 2014 menjadi melempem?

Kecuali mereka mengalami cedera serius, saya berani sekali untuk katakan tidak.

Mengenai Suarez sendiri, saya hanya ingin kita menjernihkan pikiran. Sosok tradisionalis/berpengaruh Gooners di internet banyak sekali yang menolak kehadirannya di klub. Bahwa sosoknya hanya akan mencederai imej klub yang terkenal akan keinklusifan pendukung/pemainnya.

Satu fakta yang tidak bisa ditolak terkait perilaku buruk Suarez adalah, semua yang ia lakukan merupakan murni keinginan untuk meraih kemenangan. Sosok Suarez adalah penyayang istri. Anda bisa cari cerita dia yang hijrah dari Amerika Selatan demi mendekatkan jarak dengan sang istri yang saat itu sedang sekolah di Barcelona (kalau tidak salah).

Bandingkan perilakunya dengan Ryan Giggs yang meniduri istri saudaranya sendiri. Fans sepakbola bisa berubah sembilan puluh derajat dalam membela pemain klub mereka. Bagaimana mungkin tiga gadis cantik Indonesia menyambut Chelsea dengan karton bertuliskan ‘Take Me Home A. Cole’?

Ashley Cole, gitu lho. Seolah tidak ada pemain Chelsea lain dengan kepribadian gentleman selain pria tersebut. Bagaimana dengan Peter Cech atau Frank Lampard? Kita simak juga bagaimana fans United begitu memuja Rv* kini, setelah sekian musim menyorakinya dengan sebutan pemerkosa tiap Arsenal menghadapi tim mereka.

Jika Suarez mencetak hattrick saat Arsenal menghadapi Sp*rs, apakah anda akan diam saja tanpa menyorakinya? Tentu saja tidak. Makanya saya selalu memandang sinis akun-akun fanbase pemain, karena pola pikir saya sudah menganggap SEMUA pemain sebagai pegawai. Kita dukung dan puja selama mereka mengenakan baju kebanggaan Arsenal.

Suarez adalah striker dengan standar Liga Champions dan Liverpool, sorry to say, boro-boro Liga Champions, Liga Eropa pun mereka tak mendapat jatah tersebut.

Nikmati saja perkembangan situasi transfer Suarez sambil sesekali menertawakan kegelisahan fans Liverpool, Toh situasi seperti yang mereka rasakan adalah hal yang rutin kita lalui tiga musim terakhir.

Luis Suarez. A £40,000,001 man.

5 thoughts on “Situasi Suarez: Nikmati Saja Beritanya

  1. Tidak sabar melihat peningkatan performa podolski dan giroud di musim kedua mereka!! Semoga uda kelihatan di emirates cup!

    Like

  2. Again, you’re really productive in writing about arsenal. Salute!

    Sebenarnya saya bukan orang yg terlalu berharap banyak terhadap kegiatan arsenal di transfer window di setiap musimnya. Ya karena alasan uang yg selalu menjadi masalahnya.
    Hal itu berlaku untuk musim ini juga, tapi lama-lama gerah juga karena ngeliat si penjual pemain dengan seenaknya menaikkan harga sesuka hatinya karena (IMO) now arsenal have a bunch of money.

    Saya saat ini sedang menikmati transfer saga ini, but di setiap kenikmatan selalu ada perasaan was-was. Yes, I’m afraid this aint gonna happen. I wish I was wrong.

    Like

  3. Well, finally Arsenal bakal memulai musimnya tanpa kehilangan pemain andalan. That’s enough for me.
    Walaupun kita memang butuh satu striker, meskipun Bendtner sama Chamakh ga pergi2 juga. 4th choice back rasanya udah pantas disandang Ignasi “Iggy” Miquel. Dan gue pribadi pengen banget liat Wilshere main di DM, meskipun jadi jarang ngeliat dia running with the ball lagi.

    Yah semoga musim depan pemain Arsenal stay injury free and we will get a good good season.

    Like

Tinggalkan Komentar: