‘Big Tone’ needs helps

Untuk selamanya Tony Adams akan selalu menjadi legenda Arsenal. Namun untuk saat ini, yang dia butuhkan adalah pertolongan. It is sad to see my hero living his retirement years in failure and bitterness.

Tony+Adams

Adams menjadi wajah klub ketika sepakbola Inggris memasuki era Premiership. Ia ikon. Ia menjadi kapten tim ketika Arsenal meraih tiga titel liga di tiga dekade berbeda. Ia dan Ray Parlour adalah alasan saya mendukung Arsenal. Anda bisa tanya pada beberapa orang yang tahu bahwa blog ini sempat bernama ‘Adamstoparlour’.

Nama Arsene Wenger tidak bisa dipisahkan saat membicarakan kiprah Arsenal di abad 21. Namun Adams merepresentasikan loyalitas dan mentalitas pemenang bagi klub. Adams menjadi pemenang di Anfield 1989. Adams menjadi pemimpin saat tim menjuarai liga 90-91 meski Arsenal harus mengalami pengurangan poin karena kelakuan tim terjebak dalam intimidasi Manchester United (Dennis Irwin menendang tangan Andres Limpar yang sedang terjatuh). Ketika tiba era Wenger, Adams sanggup keluar dari belenggu candu alkohol dan membuktikan pada khalayak bahwa ia masih ‘ada’.

Johan Cruyff pernah berkata, hanya ada dua hal yang dicintainya dalam hidup — sepakbola dan menghisap rokok . Demikian pula Adams dengan kecintaannya pada alkohol.

Anda takkan bisa menemukan hal ini terjadi dengan pesepakbola era 2.0, dahulu Adams kerap kongkow bareng suporter sambel minum-minum di pub lepas pertandingan. He treated himself as one of us, literally. Adams melalui otobiografinya, Addicted, tak malu mengumbar rasa frustasi yang mengendap di era kegelapan bersama miras. Adams bangkit setelah dihukum pengadilan Inggris pada 1990 karena mengemudi mobil dengan pengaruh alkohol melewati batas — setelah keluar ia memimpin Arsenal untuk kembali memenangi liga pada 1991.

This man we’re talking is an extraordinaire. Tidak banyak orang mau mengakui kejadian memalukan yang pernah ia lakukan selama hidupnya. Buku otobiografi (kebanyakan) membahas kehebatan pemain bersangkutan. Adams dengan jujur mengungkap semua hal bodoh yang dia lakukan saat menjadi pecandu. Adams mau mengikuti saran Wenger untuk mengikuti rehabilitasi di saat media menilai karirnya telah tamat — kemudian memenangi dua gelar ganda pada 1998 dan 2002. Dialah kapten terbaik Arsenal sepanjang sejarah klub.

Ironis, setelah pensiun karirnya malah jeblok, bencana manimpa berturut-turut. Dan mengubahnya menjadi jajaran eks pemain yang hobi mengutuk klub.

Hal itu sah-sah saja. Pemain mana pun tentu boleh mengomentari penampilan klub yang pernah ia bela. Sayangnya komentar Adams belakangan mencerminkan rasa frustasi karena kegagalan karir sebagai pelatih. Banyak dari komentar tersebut yang bertentangan satu sama lain, atau tidak mempunyai dasar kuat — cenderung jadi lelucon.

Salah satu komentarnya terakhir adalah bagaimana ia mengatakan bahwa Arsenal seharusnya menunjuknya sebagai chairman penerus Peter Hill-Wood ketimbang Sir Chips Keswick. Dia terdengar seperti pegawai teladan yang baru saja terkena PHK melalui rangkaian kalimat yang dilansir The Sun:

Chips is a great guy but not a very imaginative choice by the owner – and he is 73.

If they just wanted a figurehead, they should have gone for me. It would have been a better visionary decision than Chips.

Masalahnya duhai Adams, idolaku, menjadi seorang legenda yang dibuatkan patungnya oleh klub tak membuat seseorang lantas bisa menjadi chairman berprestasi. Semua chairman Arsenal bukanlah pesepakbola di masa mudanya. Mereka pebisnis. Banyak aspek yang harus dipelajari untuk menjadi chairman. Dan jika memang ada eks pemain yang pantas menjadi pengganti Hill-Wood, bukankah sosok itu Bob Wilson? Melihat hubungannya dengan klub di berbagai level selepas ia pensiun, mulai sebagai pelatih kiper hingga membuat yayasan amal yang berafiliasi dengan klub.

Semoga saya salah, tapi saya merasa keputusannya untuk cepat-cepat menjadi pelatih adalah sebuah kekeliruan yang membuat standarnya menjadi tinggi dalam menapaki karir selepas pensiun. Inggris bukanlah negara seperti Italia atau Jerman yang menaruh perhatian serius pada pelatih muda. Silakan cek jumlah persentasi pelatih asing-lokal di ketiga negara tersebut.

Bagaimana klub-klub Italia atau Jerman merasa tak takut untuk menguji pelatih muda juga bukan jadi hal jamak di Inggris. Vicenzo Montella boleh gagal saat melatih AS Roma, tapi lihatlah ia kini, memadukan perekrutan brilian dengan penggunaan 3-5-2 yang mulai dilupakan orang di Fiorentina. Lihat Mainz yang memekerjakan Jurgen Klopp, sebelum akhirnya pria berjenggot itu direkrut Dortmund. Atau kalau mau contoh lebih dekat, lihat Roberto Mancini sebelum melatih Mancester City. Adams tak memerkirakan hal itu saya rasa. Klub-klub besar EPL, apa ada yang memekerjakan pelatih muda? Pelatih yang baru menapak karir? Tidak ada. Adams terjebak pada situasi sulit.

Ia lantas meragukan langkah klub mengejar Wayne Rooney dan Gonzalo Higuain sebagai langkah tepat,

My fear is that if Real don’t want him, you are coming in under that. If you want to compete with Real Madrid you don’t get their cast-offs. You need the best players to win the league.

Cast-off (buangan)? What the heaven’s drugs are you on, Adams? Thierry Henry sebelum direkrut Arsenal adalah buangan Juventus. Dennis Bergkamp adalah buangan Inter Milan. Dan ia pernah bermain bersama dua pemain buangan tersebut! Ucapannya sama sekali tidak substansial.

Pada 2011, sebelum memulai karir baru bersama klub Azerbaijan — Gabala FC — Adams mengritik Wenger dengan keras: bahwa pujian orang tentang bagaimana Wenger merevolusi sepakbola Inggris terlalu dibesar-besarkan. Tapi Adams seperti tidak konsisten dengan tuduhannya dengan kembali mengapresiasi Wenger,

Don’t get me wrong, I’m not having a go at Arsène Wenger. One of the gifts he’s got is that he’s a lovely human being and I respect him a great deal. But I’ve got to get it real, his coaching isn’t his strong point . I love him dearly, he’s a fantastic physiologist but he’s not a great motivator. I’d just laugh at his attempts to gee us up, but I come from a different place, time and culture. But he got me in the best condition I could possibly get in to do my job, and for that I love him and have so much respect for him.

Adams terdengar seperti tidak memahami sepakbola. Tidak semua pelatih hebat di dunia adalah ahli taktik jenius seperti Rinus Michels atau Arrigo Sacchi. Ada aspek lain yang harus dimiliki seorang pelatih untuk meraih kesuksesan.

Adams seperti ingin mengatakan, ‘pekerjakan saya, Arsenal, saya menganggur!’ di tiap komentarnya. As much as I love him, I really dont wan’t to see him like this.  Tekel demi tekel yang dulu kau lakukan selalu membanggakanku, Tone! For fuck sake.

Ini adalah cerita lain dari kehidupan seoran mantan atlit. Tidak banyak pekerjaan yang bisa mereka lakukan selepas berkarir. Beda dengan aktor atau musisi yang bisa terus berkiprah di dunianya hingga maut menjemput.

Tidak semua pesepakbola seperti Gary Neville, Paul Merson dan Alan Smith, yang mempunyai kemampuan dan potensi di bidang jurnalistik. Tidak semua pesepakbola lahir di Jerman atau Italia, sehingga mereka bisa menyeruak dalam karir kepelatihan di umur muda. Dan Tony Adams, seperti Paul Gascoigne berada dalam golongan mereka yang terlupakan. Dan seperti hubungan Herbert Chapman dengan Tom Whittaker, Arsene Wenger sudah sedemikian percaya dengan Boro Primorac untuk menjadi pelatih tim utama.

Sedangkan reputasi Adams sudah terlalu buruk di mata petinggi klub. Mustahil mereka tidak memerhatikan ucapan-ucapannya di media. Arsenal, jika memang dirasa pantas, tidak ragu-ragu untuk memekerjakan bekas pemainnya di klub. Ada Danny Karbassiyoon, eks siswa akademi sepakbola Arsenal yang kini dipekerjakan menjadi pencari bakat di Amerika Serikat. Bukankah Giles Grimandi dan Liam Brady juga dipekerjakan klub?

Lagi-lagi, Adams tidak seberuntung mereka. Grimandi, selain kedekatannya dengan Wenger juga memiliki keunggulan di penguasaan bahasa Prancis untuk menjadi pencari bakat. Brady dulu pun pernah melatih Brighton & Hove Albion — tergolong berprestasi mengingat peran besarnya mengumpulkan simpati masyarakat lokal untuk membangun klub yang bangkrut.

Adams memulai karir sebagai pelatih di tempat yang salah, Portsmouth. Harry Redknapp, pelatih klub tersebut sebelumnya, seakan tahu betapa bobrok kondisi keuangan klub sehingga memilih pindah ke Southampton. Adams memilih jaur riskan sebagai penerus Redknapp. Tak ayal, karir Adams menjadi semenjana di sana.

Mudah-mudahan saya salah, semoga Adams tidak kembali ke kehidupan mabuk-mabukan.

Mudah-mudahan pula, Adams tidak menjadi seperti Stewart Robson, eks pemain Arsenal yang dipekerjakan klub di bidang media, mengeluarkan komentar tak patut, dipecat, dan kini secara konsisten mengeluarkan komentar ofensif nan bodoh terhadap Arsenal.

Patungmu untuk puluhan tahun ke depan akan terus berdiri kokoh di pelataran Ashburton Grove. Selebrasi golmu atas Everton menjadi penentu gelar liga pertama Arsenal di bawah Arsene. Kau adalah pemenang, Adams. Kami tahu kau masih mencintai klub. So be like ‘that’.

9 thoughts on “‘Big Tone’ needs helps

  1. Post-idol syndrome that’s what happen to him. Tapi sebenarnya yg ia lakukan kan hanya berkomentar. Masih dlm tahap annoying saja lah. Mudah2an tdk sampai melakukan tindakan2 aneh.

    oh adams jangan sampai kami lebih mencintai patungmu…..

    Like

  2. background pekerjaan? lah wenger aja sarjana ekonomi ngelatih bola kok, terus timnya yg dilatih gak mencerminkan sebuah klub bola (compete with the best team) aja gak ente protes kan? #mikirkeras

    Like

    1. 1) who said Wenger is god?
      2) background Wenger sarjana ekonomi itu terlalu dibesar-besarkan, padahal dulunya dia juga pesepakbola lho

      If you want to bring Wenger love-hate debates here, you are lost and it’s your loss. Saya membicarakan Tony Adams. Sorry to say. Kamu bisa baca ke website lain yang mendukung asumsi kamu. Tapi mengenai topik Adams ini, dari Arseblog sampai Le Grove semuanya menyatakan kekurang suka-an atas perilakunya.

      Like

  3. “Timnya yg dilatih gak mencerminkan sebuah klub bola (compete with the best team)”

    Dangkal amat komentarnya. Kalo semua tim bola harus bisa bersaing dengan tim terbaik, apa kabar Wigan dan Pescara? Arsenal was the only team to beat Bayern Muenchen at their home in Champions League last season.

    Like

  4. Saya malah googling “adamstoparlour”. #salahfokus :))

    I bleed & tweet 100% Arsenal • Ardent fan of Raymond ‘Romford Pele’ Parlour • Listen to Suede a lot • #VictoriaConcordiaCrescit • Come on, @Arsenal! (Ini bio lu bukan jap?)

    good old times

    Like

  5. we’re a top club, aren’t we? terus jadi sekarang arsenal dibandingin nya sama wigan dan pescara….. err… btw wigan juara FA Cup loh. Burns.

    terus kalo ngalahin Bayern di kandangnya mereka kenapa? we did brilliant on their ground but also fckd up in our ground as well. There is nothing to be proud of. End case.

    oot banget nih jadinya, Tony Adams didn’t lose his plot man, come on, he knows what he’s doing. I can see himself as our trainers at least, he will be a good match with bould in colney kickin’ some lazy ass players. But yes, he’s troubling himself at the moment.

    Like

    1. 1) tanya sama pemain-pemain/fans Wigan: labih pilih bertahan di Premiership atau degradasi tapi juara FA?

      2) tidak ada yg dibanggakan, itu ilustrasi aja, bahwa yg kamu nilai ‘Arsenal can’t compete’ tidak sepenuhnya benar. Lagian udah kalah 1-3 di kandang, ngapain mereka susah payah ngarep lolos? Dan anak-anak Arsenal ngebuktiin semangat juang meski diragukan. Who would be dumb enough to dream defeating Muenchen at their ground given their astonishing home records? Juventus ketemu Bayern agregatnya berapa? Barcelona? Jangan sampai rasa benci yg kamu punya terhadap Wenger membutakan ‘secuil improvement’ yg dia lakukan. Kalau kamu baca blog saya sedari lama, saya pun tak segan untuk ngritik Wenger (tactical-wise) saat tim kalah.

      3) no. He has lost it. I’m determined to that. And it really depressed me. Kalo gak clueless, ngapain dia ngundang The Sun buat nerbitin wawancara itu? Itu murni inisiatif dia lho.
      Trus, dari track recordnya, apa kamu yakin dia mau ngejabat jabatan ‘kecil’ macam pelatih atau scout? Saya rasa sih enggak. Bould bisa jd asisten manajer karena memulai karir kepelatihan di Arsenal dari bawah.

      I’m adamant to hear your facts that will build your argument stronger.

      Like

  6. Here are my thoughts:
    Everyone entitle to their opinion but does TA did that in a proper way? definitely not,Did he choose the right time? hell NO!! one week before new season start is not an ideal time..but Criticism or just some bullshit (depends how you look at it) happen everyday

    The fact that TA invited the SUN journalist (why in the bloody earth he chose SUN?) is already wrong from the start..We know that it’s enough for the journalist to play TA’s ego before launched his ultimate question “So what do u think of jack wilshere?” Voila!! You got served!!

    I want to discuss some gooners reaction (sorry klo oot dikit 🙂 ) too many of us “blindly” defend our players especially english players. Jack is 22 years old he’s big enough to take “ocehan pepesan kosong” seorang Tony Adams, and lets hope jack took it as a motivation and i think we dont need “overprotecting” jack..i might be wrong but maybe some “oldschool” guy like TA could at least teach something to jack, his battle to fight his alcohol problems & dont forget his career as a player was right at the edge but that man decided to MAN UP and what happened next are history..

    Like

Tinggalkan Komentar: