Wayne Rooney ke Arsenal — menurutmu?!

Kemarin lusa media-media ramai memberitakan ketertarikan Arsene untuk merekrut Wayne Rooney, si pesakitan, ke Ashburton Grove. Perkaranya sepele. Kesimpulan media bersumber dari komentar Arsene saat ditanya reporter Al-Jazeera mengenai kemungkinan hijrahnya Rooney ke Arsenal:

Rooney could be an interesting player for everybody in the world, who would turn him down?

Komentar di atas sangat eksplisit, tapi di masa-masa seperti sekarang ini (baca: perlombaan awak media meraih banyak-banyakan klik di websitenya),  komentar apapun yang keluar dari pelatih, pemain, keluarga pemain hingga agen akan dipelintir sedemikian rupa demi memuaskan hasrat pembaca (baca: penggemar sepakbola) untuk mengetahui siapa saja yang akan direkrut oleh klub idolanya. Lagi pula apa yang akan kita harapkan dari jawaban Arsene.

Wartawan: “Oi, Arsene. Apa benar Wayne Rooney menjadi salah satu target transfer anda?”,

AW: “lu tau dari mana?”

Ucapan Arsene terdengar diplomatis. Klub mana yang akan menolak jika kedatangan Rooney?

Apalagi jika ada faktor-faktor pendukung. Dalam kasus Rooney contohnya adalah berikut ini:

  1. Si pemain tidak kerasan di klubnya saat ini dan terang-terangan meminta pada pelatihnya untuk dijual,
  2. Si pemain masih terdaftar sebagai salah satu pemain berbahaya di jagat sepakbola. Belum lagi imbas si pemain terhadap klub, yaitu mampu mendongkrak keuntungan finansial dari penjualan kaos,
  3. Klub yang mengincarnya (Arsenal, Bayern Muenchen, Paris St. German) dikabarkan siap menggelontorkan dana dan menyanggupi permintaan gaji Rooney yang merupakan pemain keempat dengan penghasilan tertinggi,
  4. Pelatih barunya, David Moyes, pernah dibuat keki atas pernyataan Rooney di buku otobiografinya,
  5. Rooney adalah Rooney. Biar gendut dan jelek begitu mampu menjual headline para jurnalis

Sejenak mari kita merefleksi momen kepindahan Rooney ke Manchester United pada 2004 lalu.

Kota Liverpool menjadi sorotan masyarakat dunia karena dua hal: The Beatles dan klub sepakbola Liverpool FC.  The Beatles membawa gelombang awal Merseybeat/British Invasion melintasi samudra Atlantik menuju Amerika, Selandia Baru, hingga dunia. Klub sepakbola Liverpool sedemikian digdaya di Inggris dan Eropa pada dekade 70-an akhir hingga 90-an awal.  Pesona The Beatles sangat kuat dan membuat penikmat musik tidak memerhatikan grup musik pembawa gelombang Merseybeat lain seperti Herman’s Hermits atau The Zombies. Everton, tetangga sekaligus rival Liverpool mengalami nasib seperti dua grup musik tadi.

Apa adanya? Semenjana? Medioker? One hit/season wonder? Terserah bagaimana anda menyebutnya. Namun, publik Everton awal 2000-an silam pernah memiliki bakat ajaib sepakbola terbesar dari akademi sepakbola mereka. Seorang striker bernama Wayne Rooney. Sepakbola memberi penikmatnya harapan musim demi musim, minggu demi minggu. Tak salah jika Everton berharap Rooney bisa menjadi seperti Trevor Steven — pemain sekaligus ikon terakhir yang memberi mereka kejayaan di pertengahan 90-an. Anak ini tumbuh sebagai suporter klub. Dan ketika dia merayakan gol sambil menunjukkan kaos bertuliskan ‘Once a blue, always a blue’, publik Goodison Park mendapati diri mereka berada dalam sensasi menggelora.

Belum lama sensasi ini menjadi sempurna oleh hadirnya trofi, sang wonderkid  justru setuju untuk pindah ke Manchester United. “Once a blue, now a red. In our heart, now you’re dead”, begitu bunyi spanduk cermin rasa muak para suporter. Sambil memodifikasi lirik Baby’s in Black milik The Beatles, “Oh dear what can I do? Rooney’s in red and I’m feeling blue. Baby oh what can I do.”

You just don’t get yourself too attached to any player. Filosofinya kira-kira begitu. Kecuali jika pemain yang bersangkutan sudah pensiun. Uang memainkan peran dominan dalam sepakbola.

Rooney menasbihkan dirinya tak hanya di Inggris, tapi juga dunia. Keputusan United untuk merekrutnya terbukti jitu. Pemain-pemain besar kepala seperti Nistelrooy dan Beckham didepak. Bersama Cristiano Ronaldo, Rooney menjadi aktor penting dalam fase kepelatihan Alex Ferguson setelah era Fregie Fledglings akhir 90-an. Lihat saja torehan trofi yang diraup United setelah Rooney bergabung. 5 gelar EPL, 1 trofi kuping besar alias Liga Champions, 2 Piala Mikimos dan trofi receh macam Community Shields atau Piala Dunia antar klub.

Suporter sepakbola memang sering bertingkah labil. Penggemar United yang menyoraki Rooney saat United berparade memamerkan trofi sepertinya harus diingatkan pada pembelian gagal United di sektor striker (remember Diego Forlan?).

Karma, mungkin?

Biar tahu, biar rasa.

Tidak ada alasan untuk tidak membenci Rooney. Arsenal adalah klub berkelas. Bukan tradisi kita untuk merekrut pemain macam Rooney. Ingat-ingat ucapan Arsene pada 2007 lalu, “we don’t buy superstars, we make them”. Mustahil Rooney mau menurunkan gajinya jika bergabung nanti. Gajinya £250000 per minggu, tentu akan memusingkan klub — bukan mustahil nanti banyak pemain lain menuntut jumlah serupa.

Apalagi Rooney adalah aktor dibalik pemutus rekor tak terkalahkan Arsenal sebanyak dua kali. Oke, kali pertama dia lakukan saat bersama Everton. Di pertandingan itu dia tak hanya menghentikan rekor unbeaten Arsenal di 30 laga, tapi juga merupakan gol perdananya di karir profesional sepakbola.

Perlukah saya mengingatkan aksi busuk Rooney dan wasit Mike Riley yang menghentikan rekor unbeaten Arsenal di laga ke-50? Riley memimpin pertandingan dengan sangat — mengutip Arsene — Old Traffordish. Tekel demi tekel pemain United kepada pemain Arsenal dibiarkan begitu saja. Berkali-kali Neville bersaudara menghajar kaki Jose Antonio Reyes. Jangankan peringatan berupa teguran atau kartu kuning, Riley membiarkan kejadian tersebut berlanjut seolah tak terjadi apa-apa. Puncaknya adalah saat Rooney melakukan aksi diving di kotak penalti Arsenal. Nistelrooy pun sukses mengeksekusi penalti — sementara Arsenal bermain dengan semangat yang hancur dan rekor pun terhenti di pertandingan ke-49.

bajingan, kau

Kejadian 8 musim lalu yang masih saja terasa menyakitkan.

Saya mencoba menarik mundur garis waktu sejak peristiwa itu terjadi dan, ya, perekrutan Rooney oleh United adalah langkah brilian. Paska kekalahan di Old Trafford itu Arsenal hanya sanggup meraih satu trofi berupa Piala FA. Kekuatan uang menjadi dominan, klub seperti Chelsea dan Manchester City yang notabene-nya medioker tiba-tiba menjelma menjadi salah satu raksasa sepakbola dengan suntikan dana tanpa batas.

8 musim lalu berjalan dan hingga kini Rooney masih menjadi tokoh sentral di United. Karena citra Rooney adalah pesepakbola kurang intelek, maka saya mencoba menghormatinya dengan membuat grafis statistik ala kadarnya. Silakan disimak:

statistikrooney

Statistik jika tidak ditempatkan sesuai konteks maka akan sia-sia. Dan perlu diingat, sebaik apapun seseorang menjabarkan data statistik, hal tersebut tidak menjelaskan apa yang terjadi di atas lapangan. Nah, maka dari itu saya akan membuat beberapa kesimpulan dari statistik di atas.

Manchester United musim ini di kompetisi EPL dan Liga Champions berhasil mencetak total 90 gol. Kenapa anda sering melihat rekor gol disandingkan dengan assist? Karena assist juga dihitung sebagai kontribusi atas gol yang tercipta. Belakangan ini kita mengenal istilah 2nd assist atau assist yang diciptakan untuk sebuah assist sebelum terjadinya gol. Berdasarkan hal ini, Rooney berhasil berkontribusi sebanyak 26 gol dari total 90 gol-gol United. Padahal sepanjang musim ini dia sempat mengalami cedera lutut selama tiga minggu.

Anda tentu telah mendengar bahwa Rooney mersa tidak nyaman dimainkan di posisi tak seharusnya. Apalagi kedatangan meneer Belanda juga membuatnya terasa dinomorduakan. Tapi ternyata kedua faktor tadi tidak lantas membuat performanya menurun.

Seorang pemain jika tidak dihargai tentu akan berontak. Bahwa Rooney adalah seorang mata duitan, itu benar. Beberapa musim lalu dia sempat mengancam cabut apabila gajinya tidak dinaikkan. Posisi Rooney di United, terlebih mereka sudah memiliki Shinji Kagawa, seakan tidak  signifikan dengan skema bermain yang mereka usung.

Lalu paska pertandingan persahabatan antara Brazil-Inggris lalu saya membayangkan sebuah imajinasi fantastis. Rooney mencetak 1 gol dan 1 assist untuk Alex-Oxlade Chamberlain di pertandingan yang berakhir dengan skor 2-2 ini. Sebuah formasi bayangan terpampang seperti berikut:

Wayne Rooney hampir telah meraih segalanya di level klub. Tapi di level internasional ada sebuah unfinished business yang ingin dia wujudkan. Yep. Piala Dunia 2014 di Brazil nanti bisa saja menjadi salah satu faktor yang membuatnya tertarik hijrah ke Arsenal. Bermain bersama Theo Walcott, Jack Wilshere dan The Ox.

Saya sebenarnya tidak mendukung tim khusus di kompetisi internasional. Dan sejak kali pertama menonton bola di layar TV, timnas Inggris adalah tim busuk dengan gaya permainan membosankan. Generasi — yang katanya — emas Inggris satu persatu mengundurkan diri dari dunia sepakbola; Gary Neville, Paul Scholes, Michael Owen, David Beckham dan Rio Ferdinand (yang menyatakan pensiun dari timnas meski di level klub tetap bermain). Wajah timnas Inggris, kini dipimpin oleh, (surprise, surprise) Jack Wilshere. Arsenal bertahun-tahun absen menyumbangkan pemainnya untuk Three Lions. Kini salah satu media besar, Mirror, bahkan mencetak berita yang kurang lebih berkata, “England without Wilshere = a headless chicken.”

Saya rasa tidak ada, selihai dan sejago apapun, pemain sepakbola yang tidak ingin meraih kejayaan bersama negaranya. Kini, semua pesepakbola berlomba-lomba untuk dilirik pelatih negaranya agar menjadi skuat utama di timnas sebelum Piala Dunia 2014 digelar. Ini berarti, musim kompetisi 2013/2014 adalah kali terakhir bagi pemain untuk meyakinkan publik dan pelatihnya. Bacary Sagna, beberapa hari lalu menegaskan hal ini. Saat ditanya wartawan apakah dia akan pindah dari Arsenal ke PSG, dia berkata, “Saya masih menyisakan satu musim kontrak bersama Arsenal. Jika saya menetap disana, yang perlu saya lakukan hanyalah berusaha tampil lebih baik. Namun jika saya pindah, maka saya harus menyesuaikan diri dengan klub dan liga berbeda. Sementara saya harus meraih tempat utama di timnas Prancis.”

Perpindahan pemain ke klub lain yang masih satu liga saya rasa tidak membutuhkan proses adaptasi lama. Lain halnya jika dia pindah ke PSG atau Muenchen. Apalagi di Arsenal dia akan bertemu tiga pemuda Inggris yang saya sebut di atas.

Bagaimana menurut anda? Sudikah anda menerima Wayne Rooney di Arsenal? Silakan isi polling di bawah. Saya membuka tangan lebar-lebar menyambut komentar serta alasan yang anda punya.

19 thoughts on “Wayne Rooney ke Arsenal — menurutmu?!

  1. Gw merasa Rooney tidak perlu. Here’s why:

    1. Striker kita yang ada saat ini hanya tinggal membutuhkan polesan akhir sebelum mereka melesat menjadi world-class. Yang mereka butuhkan adalah seorang mentor. Kandidat terbaik menurut gw, either, Torres atau Villa. Giroud, Poldi, dan Walcott, are our future. Baru satu musim dan gooners sudah mematikan kesempatan untuk Giroud dan Poldi? Dan apakah menurut kalian Walcott sudah mentok? Dan kalian berpikir mereka tidak world-class? Haruskah saya ingatkan lagi bagaimana Walcott menusuk dari sisi kiri pertahanan Muenchen untuk kemudian memberikan passing mematikan kepada Giroud? Cmon.

    2. Overpriced.

    3. Tidak ada pemain Arsenal yang tampangnya jelek. Never was. So why start now?

    4. Satu-satunya hal yang akan didapat oleh gooners hanyalah rasa puas karena bisa membalas apa yang utd lakukan terhadap kita musim lalu (RVP).

    Like

  2. Menjawab argumen no. 1 dari bung Arsya: gw ingin memertanyakan status atau label “world-class” pada seorang pemain. Sebenernya apa sih syarat agar pemain dapet kehormatan label itu? Waktu Davor Suker ke Arsenal (I know I’m sort of obsessed with his Arsenal career), dia baru saja menjalani periode gemilang di PD 98. Namun nyatanya? Masih membekas di ingatan waktu kita kalah dari Galatasaray tahun 2000 lalu.
    Atau El Hadji Diouf di Liverpool paska PD 2002. Nyatanya kedua pemain tersebut jeblok.
    I know dengan pertanyaan ini pembahasan akan sedikit keluar dari konteks sebenarnya, which is Rooney ke Arsenal. Just curious.
    Pagi ini pun dikabarkan Arsenal akan mengaktifkan buy-out clause nya Fellaini — yang mana jika terwujud, wow! I’m up for it. Secara bertahun-tahun kita selalu keteteran kalo digencet lewat permainan fisik.
    Is Fellaini a world-class player? Banyak orang akan bilang enggak. Dia gak pernah kebukti di Liga Champions atau ajang internasional. Apa dia akan membantu Arsenal? Sulit untuk bilang tidak, setelah dua kali kita hanya mampu main imbang sama Everton musim lalu (dan dia jadi aktor kunci Everton)
    All I’m saying, belakangan kita dikaitkan sama pemain-pemain macam ini, which is good. Manifesto untuk meraih trofi: mewujudkan rumor-rumor tersebut

    Like

  3. Bukan masalah butuh atau nggak butuh. Sudah pasti Wenger akan bisa memanfaatkan Rooney di Arsenal. Tapi, efek kedatangan Rooney terlalu banyak/besar negatifnya daripada positifnya:
    Positifnya:
    1. Rekrutmen Rooney bakal menunjukkan kepada pemain top lain kalo Arsenal serius targetin juara di kompetisi apapun.
    2. Rooney bakal menaikkan persaingan posisi striker di Arsenal.
    3. Rooney bakal bawa pengalaman yg berharga untuk pemain muda Arsenal.
    4. Dari sisi komersial, Rooney bisa menaikkan penjualan brand Arsenal.
    Negatifnya:
    1. Kalau Arsenal mau ngerombak sistem gajinya, menyamai gaji Rooney sekarang aja bakal mendongkrak permohonan kenaikan gaji pemain lain dan pemain rekrutan baru. Ini bisa bikin merah neraca keuangan Arsenal.
    2. Rooney maunya jadi striker utama. Sedangkan Wenger seneng banget bereksperimen menempatkan pemain di luar posisi idealnya. Dan Wenger masih menolak keinginan Walcott dan Podolski yg minta dimainkan sebagai striker tengah. Di posisi striker tengah, Wenger masih percaya dengan potensi Giroud. Keinginan Rooney gak bersambut dengan kebutuhan Wenger.
    3. Rooney terlalu menarik perhatian media, terutama dengan sisi negatif kehidupannya di luar lapangan. Wenger gak pintar menangani media untuk soal off pitch. Ini bisa mengganggu kestabilan tim dan pemain lain untuk fokus terhadap permainan.
    4. Pembelian Rooney hanya akan memberi budget transfer tambahan kepada club rival (Manu0 untuk datengin pemain lain yg lebih tune-in dengan tactic Moyes.
    5. Menurut saya, Rooney sudah mengalami pick performance-nya, dalam 1-2 musim lagi bakal mengalami penurunan skill dan stamina. Rooney mirip Gazza, punya skill bagus tapi gak pandai jaga stamina.

    Jadi lebih baik Wenger datengin Higuain untuk nambah daya gedor Arsenal dan perkuat pertahanan dengan pemain belakang berpengalaman.

    Like

    1. good points.

      sedikit melenceng dari pembicaraan, saya (entah kenapa) percaya kalo Podolski bakal jadi kaya Nwanko Kanu di musim 2001/02. Henry lagi gila-gilanya, Arsenal beli Wiltord, yg seperti Rooney, musim sebelumnya jadi juara bareng klubnya (Bordeaux).

      Satu-satunya striker tipe CF/No.9 role punya kita saat ini adalah Giroud. Rooney akan meruncingkan persaingan post tersebut, memang. Tapi gw rasa di posisikan sebagai second striker, dia akan mendongkrak performa Giroud. Ah, masa dia mau jadi ‘pelayan’?

      Hampir berjudi memang. Harus disadari bahwa masa depan Rooney di Utd saat ini benar-benar terjepit. Peran, atmosfir dan rekan2 baru di klub barunya akan bikin dia termotivasi lagi. Dengan syarat Wenger sanggup ngejinakkin ego ni anak.

      Like

  4. mengenai low point no. 4 dari Rico, gw rasa dalam urusan transfer gini bisa diilustrasikan: “you lose some, you get some”.

    RvPrick dijual, Arsenal bisa beli Cazorla. Dalam skala torehan individu, apakah pembelian kedua orang tersebut berhasil ngasi kontribusi berarti bagi klubnya masing-masing? yes.

    Like

  5. Gue setuju sama pendapat Mas Arsya di point no. 4, kita (gue secara pribadi) pengen banget transfer Rooney ini terjadi cuma karena pengen bales dendam sama transfer ‘Si Robin’ musim lalu.

    Sebenernya Arsenal butuh striker yang udah berpengalam (seperti kata Mas Arsya, bisa jadi Torres) untuk membimbing (*bahasanya agak berat) para stiker Arsenal, tapi hanya sebagai seorang mentor. Gue rasa ketajaman Torres udah habis, walapun gue yakin Arsene bisa mengembalikan Torres seperti sebelum di Chelsea.

    Like

  6. Mas Arsya, gue setuju dengan opsi Torres/Villa (lebih condong ke Villa sih).

    1. Villa yang masuk ke Arsenal itu ibarat memencet tombol untuk mengaktifkan Spanish-Core (Santi-Mikel-Villa)*
    2. Villa lebih ganteng dari Rooney.
    3. Seperti yang Mas Indocannon bilang, Villa > Rooney dalam servis-menservis

    * kalau mau, bisa ditambah Bellerin dan Miquel. atau Cesc misalnya #fingercross

    Like

  7. Klo buat mentor knp ga mario gomes doi jg kan lg mau out dr bayer,udah pengalaman langganan timnas jerman jg

    Like

  8. Hasil poll menunjukkan lebih banyak yang pro Rooney tapi dari yang comment hanya satu yang masih setengah mendukung. Belum ada yang komen bener2 pro rooney. Either ga punya alasan yang kuat atau simply tersirep dengan ke-shrek-an nya? Hehe just kidding.

    anyway,whatever opinion is respected.

    intinya kalau mmg serius ingin mendatangkan striker yang menurut hype nya mmg world class dan gajinya tinggi (kalo klub lain berani bayar mahal pasti jago dong.ga mungkin manutd sebodoh itu) kenapa nanggung sih cita2nya. Kalau mmg price tag dan barrier gaji bukan problemo lagi, gw akan pilih beli christiano ronaldo. Paling tinggal nambah 10m lagi. Gaji kurang lebih sama. Plus dua2nya udh sama2 pantatnya panas pengen hengkang dari klubnya yang sekarang.

    dari segi komersialitas jauh akan lebih menghasilkan dr rooney (rooney iklan shampoo ga? Wong dia aja hair extension begitu,hekekek).
    Dari hasil di lapangan,grafik permainan CR7 semenjak dibeli united TIDAK pernah turun yg ada makin hari makin jago tuh org.

    jgn blg lo ga yakin CR7 mau ke afc. Kalau CR7 aja ga mau,knp rooney mau? Atau kenapa ada pemain world class lainnya yg mau hijrah ke afc?

    Like

  9. kalo menurut saya sih rooney bakal cocok banget di arsenal apalagi sekarang AW kelihatannya lagi punya proyek british core, seperti yg udah dijabarin di artikel diatas gimana 4 pemain yg bakal jadi tulang punggung inggris di WC mungkin aja main bareng satu tim. Waktu ngeliat inggris vs brasil chapter one with Jackie boy, disitu theo, shrek sama wilshere keliatan bener2 padu. Bahkan sempet liat2 katanya si shrek ngetwit ga sabar main bareng wilshere itu berarti mereka udah dapet chemistry right? dan dia itu tipe pemain yg bisa nyetak gol out of nothing, walaupun itu bukan harinya dia. BUT (yeah it’s a big but) seandainya aja dia bukan gumpalan daging serakah yg berasal dari manchester. Rasanya akan sulit untuk mengelu-elukan namanya dia nanti kalo bener dia jadi gabung dan 250k a week? forget it.

    Like

  10. harusnya poll nya ditambah satu opsi lagi.

    “Ya mau lah!!! Dengan syarat Wenger sanggup ngejinakkin ego ni anak.”

    menanggapi poin no 4 mas Arsya
    loh, emang masih ada fans United yang mendengungkan nama Rooney? sudah mulai ga terdengar tuh gaungnya. kalah ama teriakan fans yang mendewakan Robin apalah itu namanya.

    bisa naikin sih naikin brand tapi incomenya ga segede biaya yang harus dibayar buat dapetin pealayanan dari dia
    http://visual.ly/cost-insuring-britains-most-valuable-footballer

    satu hal yang bikin gua mau dia ke arsenal adalah, Arsenal butuh instant impact bro dan sugesti gua mengatakan dia bisa langsung naikin performa Arsenal.
    Kesimpulannya? “Yoi, man!!!” gua bukan Arsene, jadi buat apa mempemasalahkan stabilitas finansial dan sekutunya. toh yang kita nikmati juga cuma permainan dilapangan aja.

    shrek aja bisa ganteng, kenapa rooney tidak?

    Like

  11. Bukanlah Striker yang Arsenal butuhkan, tapi gelandang seperti Fabregas.
    Yap, kita lihat kebelakang (beberapa musim lalu saat Fabregas masih di Arsenal), dia bisa membuat Adebayor (hampir) top skor dan di awal kedatangannya Chamack bisa mencetak gol (lumayan) banyak sebelum ‘Si Robin’ pulih dari cedera.

    Percuma sebenernya beli striker ‘world-class’ kalo ga ada yang bisa melayani.

    Like

Tinggalkan Komentar: